Kisah Nek Baruakng menurunkan padi kayangan ke bumi.

Enggang gading (Sumber: www.timlaman.com)

Tradisi lisan baik berupa cerita maupun bukan cerita yang dituturkan dari orang tua suku Dayak. Gesah, Osolatn, maupun Singara ini sering diceritakan kepada anak-anaknya untuk pengantar pembawa tidur maupun dalam kesempatan kebersamaan untuk menambah keakraban dalam keluarga. Cerita lisan ini mengandung filsafat, pesan moral, adat-istiadat, pengetahuan yang dilantunkan dalam bentuk cerita. Cerita dapat berupa pabel, kisah heroik, atau asal usul nama/tempat/benda sesuai unsur kepercayaan dan keyakinan suku Dayak.

Cerita ini dikirim dari Abang Sepupu satu darah satu nenek bernama Nikasius Yuyun Boyokng masih teringat oleh dia cerita lisan dari Ibunya (Nu' Tuha) dan dibagikan melalui grup Whatsapp #AyongBalaPurehPageDiri'. Cerita ini sudah melalui proses editing dan penambahan bahasa yang sesuai begini ceritanya:

Pada jaman dahulu kala kehidupan ketika itu masih berdampingan dengan 3 unsur yakni hantu, malaikat dan manusia yang masih erat hubungannya. Pada suku dayak kala itu itu kental dengan tradisi mengayau/bakayo (Headhunting). Karena belum ada persatuan antar suku kerap terjadi perang berlaku hukum rimba. Dikisahkan dalam cerita ini asal mulanya padi. Padi pada jaman dulu tidak lah sama besarnya dengan padi yang sekarang ini kita lihat dan biasa tanam sekarang. Saat itu orang susah mendapatkan padi karena padi berasal langsung dari negeri kayangan tidak semua orang yang bisa sampai ke sana.

Di negeri kayangan hidup sebuah kerajaan yang di huni oleh seorang raja dan ratu dengan satu anak lelakinya. Kehidupan mereka serba berkecukupan. Rajanya bernama Sangkuakng (sebutan: Dayak Kanayatn), ratunya bernama Rinyuakng dan anak lelakinya bernama Baruakng. Baruakng seorang lelaki yang mempunyai kesaktian mandraguna yang tidak dapat dikalahkan oleh siapapun di negeri kayangan tersebut. Keesokan harinya Baruakng dipanggil oleh kedua orang tuanya dan Baruakng pun pergi menghadap mereka.

Baruakng berkata: "Pa', We', ada ahe nyaru aku nian?" (Bapak, Ibu, ada apa memanggil saya datang di sini?)

Singkuakng berkata: "Baruaakngggg! Kao dah cukup aya' untuk babini. Coba lah kao gago' nang mae bini nang edo' untuknyu, kami man Uwe' nyu malatn ba minantua, sakalian kao nganti aku jadi raja ka' kayangan nian" (Baruakng! kamu sudah cukup dewasa untuk beristri. Cobalah kamu cari seorang isteri yang baik, bapak dan ibu ingin sekali mempunyai menantu dan sekalian kamu mengganti aku menjadi raja kayangan kelak).
        
Lalu sahut Baruakng: "Ao' lah kade' lekoa ampagi aku turutn na' ka' bumi ngagoa bini, aku cuma minta di bahataatn 7 ete' katupat boh we!" Katanya. ("Baiklah kalau begitu saya akan turun ke bumi mencari isteri, aku hanya minta bekal 7 ketupat ya ibu!").

"Baik lah kade' lekoa. Cuman pasatn Uwe', kade kao dah nyampe ka' 2 cabang maraga pilih nang ka' kanan ame ka' keba' boh, kata we' nya". (Baiklah kalau begitu. Hanya pesan ibu, kalau kamu sudah sampai pada 2 cabang jalan, pilih sebelah kanan jangan sebelah kiri kata ibunya).

Dengan rasa tidak sabar Baruakng pun menyiapkan segala kebutuhan keberangkatan esok harinya yakni panah, sumpit dan tombak nibukng (tombak nibukng: tombak yang dibuat dari sejenis tumbuhan palm biasa disebut pohon nibung).
                    
Sumpit senjata khas suku kayangan, panah menandakan kebangsawanan, sedangkan tombak nibung dipercaya senjata yg memiliki kekuatan ampuh untuk melumpuhkan ilmu-ilmu musuh.
                      
Sesampainya Baruakng ke bumi, dia bertemu dengan 2 cabang jalan kanan dan kiri seperti yang dikatakan ibunya. Dia lupa dan bingung pesan ibunya cabang mana yang mau dialaluinya.  Tiba-tiba ada perempuan disebelah jalan cabang kiri memanggilnya dan ia pun bergegas menemuinya. Singkat cerita perempuan itu diambilnyalah sebagai isterinya dia tidak sadar bahwa yang dia peristeri adalah hantu. 

Sekian lama berkeluarga isterinya pun hamil. Namun ada keanehan yang terjadi yang membuat baruakng kebingungan ketika saat isterinya mengidam. Isterinya mengidam minta carikan manusia dan babi. Sedangkan baruakng belum pernah bertemu dengan orang yang bernama manusia, ia pun mendapatkan hati babi dari babi yang didapat ketika memasang penjerat di hutan.
                  
Untuk mendapatkan manusia susah dan tidak didapatkan. Akhirnya saatnya isterinya melahirkan dan aneh! Anaknya kembar 7 serupa binatang semua yaitu keto (burung keto), buria (burung buria'), kacoet (kodok), boak (burung hantu), karoak sear (sejenis burung bangau kecil), nyenyet (sejenis burung orang Dayak Kanayatn biasa menyebutnya Leo Ganggang), dan kalibamakng (kupu-kupu). Ketujuh anaknya ini memiliki sifat-sifat yang berbeda dan aneh. Baruakng pun mulai curiga dengan isterinya.
                      
Ia pun diam-diam melarikan diri sambil mencari kedua cabang yang dipesankan ibunya ketika di kayangan.  Sesampainya di sana ia teringat dan masuk menyusuri cabang jalan sebelah kanan dan akhirnya sampai ke rumah yang didiami oleh sekeluarga manusia. Keluarga ini memiliki anak perempuan dan baruakng pun meminangnya.

Selama hidup berkeluarga dengan manusia kehidupan mereka sangat susah makan pun susah. Kadang seminggu sekali makan pun susah itupun kalau ada makanan yang didapatkan. Baruakng pun tidak tega melihat isterinya menderita karena kelaparan. Tanpa pikir panjang baruakng kembali pulang ke kayangan sebentar, ia meminta benih padi untuk dibawa dan ditanam ke bumi. Namun kedua orang tuanya melarang membaca benih tersebut. Diam-diam baruakng tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya mengambil benih padi itu dan menyembunyikannya di dalam lipatan kulub kemaluannya sebanyak 7 biji pagi dan turun ke bumi pulang ke rumahnya.  Padi itu ditanam di padapuratn (ditanam sekitar dapur dan tungku masak). 

Padi pun tumbuh subur, berbuah lebat, lama kelamaan padi tersebut tumbuh tinggi sampai kelihatan orang kayangan. Akibatnya baruakng sampai mendapat marah dari orang kayangan dan kedua orang tuanya dan mendapatkan sumpah tidak bisa terbang lagi kembali ke kayangan. Baruakng pasrah dan ia tetap terus hidup dengan keluarga yang dicintainya. Tanpa terasa isteri Baruakng mengandung sehingga dikaruniai dua anak yang bernama arue dan talokot.

Keesokan harinya, ibu arue menyuruh kedua anaknya beradik menjemur padi di pante (Dayak: ruang terbuka datar yang dibangun lebih tinggi untuk menjemur padi agar terhindar dari ternak). Ibunya berpesan pada kedua anaknya bila hari hujan padi ditutup dan diangkat masuk ke dalam rumah. Karena bosan menunggu, arue dan talokot bersepakat untuk bermain beradu gasing, sampai lupa menunggu jemuran dan akhirnya hujan tiba-tiba turun. 

Padi yang tadinya besar-besar sebesar buah kelapa meleleh menjadi padi yang kecil-kecil. Ketika ibunya pulang mereka pun baru sadar.  Ibunya sedih melihat padi tadi yang berubah menjadi kecil, sambil marah ibunya memasak kedua gasing mainan kedua anaknya. Setelah seharian bermain arue dan talokot pulang menenyakan nasi karena mereka kelaparan.

Kedua anak terkejut dan berkata: "we'! ngahe gasikng kita' nyuman?" ( ibu, mengapa ibu memasak gasing?). Kata ibunya: "Ao' makatni' kao badua gasikng koa man ame agi badiapm ka' rumah nian, ku bunuh kita!" (Ya, makan gasing itu jangan lagi tinggal di rumah, nanti kubunuh kalian!)
                  
Mereka berdua pun lari ketakutan dan bersembunyi di bawah pante sambil membawa dawat (warna untuk membuat tato).

Mereka berdua berkata: "Koa kak aaa, urakng tuha diri' dah banci ka diri, tarajuh ia dah ina' sanang, baik diri jadi burukng maan" (Kak, kedua orang tua kita sudah benci pada kita berdua, terlanjur dia sudah tidak senang, lebih baik kita menjadi burung)

"Kao doho' mamuat bulu ku" kata arue. Talokot pun mengukir bulu rue/arue sangat indah sampai selesai. "Ampeatn giliranku" sahut talokot. Arue pun mengukir membuat bulu talokot. Talokot adalah seorang yang cerewet sampai-sampai membuat arue bosan dan akhirnya arue menumpahkan dawat di ekor talokot.
                      
"Terlanjur begitu kak!" kata talokot karena kecewa melihat dawat yang ditumpahkan arue pada bagian ekornya.

                    
Bubut/Talokot (sumber: vitaminburung.com)

"Terlanjut begini kita lebih baik kita berpisah, kamu pergi ke hutan tua dan aku ke hutan muda, siapa yang melanggar sumpah ini salah satunya mati!" Kata talokot

Beginilah cerita burung enggang/alo/rue/arue hidup di hutan tua, sedangkan burung talokot hidup di sekitar hutan tua dengan sebaran pohon yang muda. Cerita ini dipercaya suku Dayak Kanayatn sampai sekarang ini.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url