Kitab Suci Mengajarkan Pengakuan Dosa kepada Imam

Ilustrasi Absolusi Penitensi Gereja Katolik
(Sumber: Hidup Katolik)

Yohanes 20:22-23- “Dan sesudah berkata demikian, Ia [Yesus] mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Banyak orang-orang non-Katolik berpikir bahwa pengakuan dosa kepada imam tidak diajarkan di dalam Kitab Suci. Menurut mereka, agar dapat diampuni bahkan dari dosa-dosa yang berat, sesorang hanya harus percaya kepada Yesus, atau sebanyak-banyaknya, mengakui dosa-dosa tersebut kepada Allah. Tetapi, pendapat ini – bahwa pengakuan dosa kepada imam tidaklah diperlukan untuk dosa-dosa berat setelah pembaptisan – bertentangan dengan apa yang diajarkan di dalam Kitab Suci.

DI DALAM PERJANJIAN LAMA, SESEORANG HARUS MENGUNJUNGI IMAM UNTUK DAPAT DIAMPUNI
Jika seseorang berbuat dosa di dalam Perjanjian Lama, ia tidak bisa hanya mengakui dosanya kepada Allah dan menyelesaikan perkara tersebut. Tidak, ia harus pergi mengunjungi imam. Hal ini diajarkan di dalam kitab Imamat, salah satu kitab pertama Perjanjian Lama. 

Berikut adalah sebuah contoh yang baik:
Imamat 5:1-10- “Apabila seseorang berbuat dosa...apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu, dan haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salah karena dosa ...menjadi korban penghapus dosa... Haruslah ia membawanya kepada imam, dan imam itu haruslah lebih dahulu mempersembahkan burung untuk korban penghapus dosa itu... Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia menerima pengampunan.”

Di dalam ayat ini, kita melihat bahwa peran imam diperlukan untuk pengampunan dosa. Hal ini diajarkan sepanjang kitab Imamat dan kitab-kitab dasar Perjanjian Lama. Berikut contoh yang lain:

Imamat 19:21-22- “Laki-laki itu harus membawa tebusan salahnya kepada TUHAN ke pintu Kemah Pertemuan, yakni seekor domba jantan sebagai korban penebus salah. Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban penebus salah di hadapan TUHAN, karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia beroleh pengampunan dari dosanya itu.”

SESEORANG HARUS MENGUNJUNGI IMAM AGAR DAPAT MENJADI TAHIR (BERSIH – TIDAK LAGI HARAM)
Seseorang tidak hanya harus menemui imam untuk diampuni akan dosa-dosanya (seperti yang dijelaskan ayat-ayat berikut), tetapi agar ia menjadi tahir. Di dalam Perjanjian Lama, orang-orang akan menjadi najis setelah melakukan hal-hal tertentu yang Allah katakan akan menajiskan seseorang. 

Agar ia dapat menjadi tahir, sang imam harus campur tangan. Yesus membuat rujukan ini di Lukas 5:13-14.
Lukas 5:13-14- “Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”

Imamat 12:6-8- “Bila sudah genap hari-hari pentahirannya...Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur... dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia.”

Imamat 13:27- “Pada hari yang ketujuh imam harus memeriksa lagi dia; jikalau panau itu memang meluas pada kulit, maka haruslah imam menyatakan dia najis, itu penyakit kusta.”

Imamat 14:11, 19-20- “Imam yang melakukan pentahiran itu harus menempatkan orang yang akan ditahirkan... Imam harus mempersembahkan korban penghapus dosa dan dengan demikian mengadakan pendamaian bagi orang yang akan ditahirkan dari kenajisannya... Kemudian imam harus mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian di atas mezbah. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu, maka ia menjadi tahir."

ALLAH MEMILIKI IMAM-IMAM; ALLAH MEMILIKI IMAMAT; ALLAH MENDAMAIKAN ORANG-ORANG LEWAT PARA IMAM
Sekarang, seseorang dapat berkata: tetapi itu Perjanjian Lama. Bagaimana dengan di Perjanjian Baru setelah Yesus telah datang? Kita akan melihat bahwa Perjanjian Baru mengajarkan pengakuan dosa kepada imam. Tetapi poin-poin Perjanjian Lama penting untuk dipertimbangkan, pertama karena mereka menunjukkan bagaimana Allah bekerja dan bagaimana Ia telah bekerja di sepanjang sejarah keselamatan. Allah memiliki imam-imam; Allah telah menetapkan imamat; Allah mengampuni dan mendamaikan orang-orang lewat imam. Orang-orang harus mengunjungi imam untuk diampuni.

Sakramen Tobat berlangsung dengan seorang peniten (orang yang mengaku dosa) yang mengunjungi imam, yang, setelah sang peniten mengakui dosa-dosanya, memberikan absolusi (pelepasan dari dosa-dosa) dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

Di Bilangan 3, kita melihat sebuah rujukan kepada sebuah penugasan imamat, yang dengan sendirinya harus memegang jabatan khusus.

Bilangan 3:10- “Tetapi Harun dan anak-anaknya haruslah kautugaskan untuk memegang jabatannya sebagai imam, sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati...”

Bilangan 3:3 juga berkata bahwa tangan-tangan para imam telah dikuduskan; tetapi rujukan ini telah dihapus dari Alkitab Protestan.

Bilangan 25:11-13- “Pinehas, anak Eleazar... Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan yang dari pada-Ku untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya...

Pada Ulangan 17:9 dan 24:8, kita membaca tentang perlunya mengikuti pedoman dari para imam. Pada Ulangan 26:1-5, kita membaca tentang persembahan hasil usaha pertama kepada para imam.

BILANGAN 5 TENTANG PERLUNYA PENGAKUAN DOSA
Bilangan 5:6-7- “Apabila seseorang, laki-laki atau perempuan, melakukan sesuatu dosa terhadap sesamanya manusia, dan oleh karena itu berubah setia terhadap TUHAN, sehingga orang itu menjadi bersalah, maka haruslah ia mengakui dosa yang telah dilakukannya itu...”

Selebihnya, bab ini mengandung perintah-perintah yang melibatkan para imam pada setiap kesempatan. Misalnya:
Bilangan 5:14-16- “...apabila roh cemburu menguasai suami itu, sehingga ia menjadi cemburu terhadap isterinya, walaupun perempuan itu tidak mencemarkan dirinya, maka haruslah orang itu membawa isterinya kepada imam... Maka haruslah imam menyuruh perempuan itu mendekat dan menghadapkannya kepada TUHAN.”

Maka, pada Bilangan bab 5, kita melihat sebuah contoh yang jelas tentang pengakuan dosa, juga perantaraan para imam. Pada Bilangan 6:11, bab yang mengikuti langsung bab 5 kita melihat bahwa “imam mengolah yang seekor menjadi korban penghapus dosa dan yang lain menjadi korban bakaran, dan mengadakan pendamaian bagi dia...”

DOSA-DOSA TELAH DIAMPUNI LEWAT IMAM
Pada Bilangan 15, kita melihat lagi bahwa dosa-dosa telah diampuni lewat imam.

Bilangan 15:22-25- “Apabila kamu dengan tidak sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa... haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran... Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan...” Hal ini diulangi di Bilangan 15:28.

KELUARAN DAN IMAMAT MENGAJARKAN BAHWA PARA IMAM HARUS MENGENAKAN PAKAIAN KHUSUS: JUBAH
Pada Keluaran 28:1-3, kita membaca tentang tugas para imam, dan bahwa para imam mengenakan pakaian khusus.

Keluaran 28:1-3- “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu... untuk memegang jabatan imam bagi-Ku... Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun... menguduskan dia, supaya dipegangnya jabatan imam bagi-Ku.”

Kita melihat hal yang sama di Imamat 16:32.
Imamat 16:32- “Dan pendamaian harus diadakan oleh imam yang telah diurapi dan telah ditahbiskan untuk memegang jabatan imam menggantikan ayahnya; ia harus mengenakan pakaian lenan, yakni pakaian kudus.”

IMAMAT MENGAJARKAN BAHWA TERDAPAT PERAYAAN-PERAYAAN KHUSUS: HARI RAYA WAJIB
Di Imamat 23:4, kita membaca tentang hari-hari perayaan, atau hari-hari raya wajib yang harus ditaati.

Imamat 23:4- “Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap.”

Tidak diragukan bahwa Allah telah menetapkan sebuah imamat. Allah menetapkannya agar manusia dapat berdamai, diampuni, dan ditahirkan lewat pelayanan para imam. Itulah bagaimana Allah bekerja dalam Hukum Lama. Bagaimana dengan yang Baru?

YESUS TIDAK DATANG UNTUK MENGHANCURKAN HUKUM TAURAT MELAINKAN UNTUK MEMENUHINYA - IA MENDIRIKAN SEBUAH IMAMAT
Matius 5:17-18- “[Yesus berkata] Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat dan nabi-nabinya, melainkan untuk menggenapinya. Tidak ada keraguan bahwa Hukum Baru melebihi yang Lama. Yang baru jauh melebihi yang lama sampai ia menjadikan yang lama usang. Yesus memenuhi semua tokoh dan nubuat Hukum Lama. Ia membuat sebuah perjanjian yang Baru dan yang lebih sempurna, menjadikan yang Lama tidak lagi berlaku (Ibrani 8:13).

Tetapi Hukum yang Baru, yang merupakan sebuah pemenuhan, memiliki kemiripan dengan Hukum Lama. Contohnya di dalam Perjanjian Lama, terdapat 12 suku dengan 12 pemimpin suku, dan Musa memiliki 70 tua-tua, seperti halnya pula di Perjanjian Baru, Yesus memiliki 12 rasul dan 70 murid lain, seperti yang kita baca di Lukas 10. Contoh lain adalah bagaimana Yesus mewarisi takhta Daud seperti yang kita baca di Lukas 1:32 dan Kisah Para Rasul 2:30.

Lukas 1:32- “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya.”

Yesus dan Kerajaan rohani-Nya (Gereja-Nya) memenuhi apa yang ditandakan di dalam Kerajaan Daud di dunia.
Sebuah contoh lain tentang bagaimana Hukum Baru berhubungan dengan Hukum Lama adalah bagaimana, di dalam Perjanjian Lama, seorang ayah memberikan berkatnya kepada anak lelakinya lewat penumpangan tangan. Di Ulangan 34:9, kita melihat bahwa kekuasaan rohani diturunkan dari Musa kepada Yosua lewat penumpangan tangan. Seperti ini pula, di Perjanjian Baru para imam ditahbiskan lewat penumpangan tangan, seperti yang kita baca di 2 Timotius 1:6.
Maka poin hal ini adalah bahwa walaupun Kerajaan Yesus dan Hukum Baru melampaui dan membuat Hukum yang lama usang, Hukum Baru tetap memenuhi, menyempurnakan dan berhubungan dengan Hukum Lama dalam berbagai bentuk. (Harus ditunjukkan bahwa pengampunan dosa atau pembenaran di dalam Perjanjian Lama adalah pengampunan dosa yang lebih rendah, yang menjauhkan murka Allah, tetapi tidak sepenuhnya menghapus dosa manusia. Pengampunan dosa yang penuh tidak dapat terjadi sampai datangnya Yesus Kristus dan Hukum Baru. Lihat Ibrani 10:4.)

Maka, seperti hanya terdapat sebuah imamat di dalam Perjanjian Lama, terdapat juga sebuah imamat di dalam Perjanjian Baru. Para Rasul dijadikan para imam dan uskup oleh Yesus Kristus.

YESUS MEMBERIKAN KEPADA PARA RASUL KEKUATAN UNTUK MENGAMPUNI DOSA
Yesus memberikan imam-imam kekuatan untuk mengampuni dosa. Kita melihat hal ini dengan jelas di Yohanes bab 20.
Yohanes 20:21-23- “Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. "Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Yesus berkata bahwa jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.

Para Rasul hanya dapat menentukan dosa-dosa mana yang diampuni dan dosa-dosa mana yang tetap ada jika mereka mendengar pengakuan dosa. Ayat di atas membuktikan bahwa Yesus mendirikan pengakuan dosa kepada para imam.

SEBAGAI PUTRA MANUSIA, YESUS MEMILIKI KEKUATAN DI BUMI UNTUK MENGAMPUNI DOSA
DAN IA DAPAT DAN TELAH MENGANUGERAHKAN KEKUATAN TERSEBUT KEPADA ORANG-ORANG LAIN

Walaupun arti dari Yohanes 20:23 sangat jelas, terdapat sebuah poin lain yang harus dicatat tentang hal ini. Pada Matius 9:6-8, kita membaca:
Matius 9:6-8- “[Yesus berkata] Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" ... Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.”
Yesus adalah Allah dan manusia dalam waktu yang bersamaan, tetapi perhatikan bahwa ayat ini menggarisbawahi bahwa Ia memiliki kekuasaan sebagai Putra manusia untuk mengampuni dosa-dosa. Karena Yesus memiliki kekuasaan untuk mengampuni dosa-dosa sebaga Putra manusia, seperti yang diperjelas di Mat. 28:18, sewaktu Ia berkata bahwa Ia telah diberikan seluruh kuasa di Surga dan di Bumi, maka Ia dapat menganugerahkan kuasa tersebut kepada orang-orang lain. 

Lihatlah Yohanes 20:21 lagi:
Yohanes 20:21-23- “Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Seperti Yesus telah diutus sebagai Putra manusia dengan kekuatan di Bumi untuk mengampuni dosa-dosa, Ia mengutus para Rasulnya untuk memberikan pengampunan-Nya kepada orang-orang lain.

PAULUS BERKATA BAHWA PARA IMAM MENDAMAIKAN MANUSIA DENGAN ALLAH DI TEMPAT KRISTUS
Inilah mengapa St. Paulus, yang dijadikan seorang imam dan uskup dalam Gereja berkata demikian:
2 Korintus 5:18-20- “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami... Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”

Ayat ini membuat sangat jelas bahwa Yesus telah mengutus Rasul-rasul-Nya untuk menjadi pelayan-pelayan untuk pendamaian dan pengampunan dosa. Itulah mengapa Gereja telah mengajarkan bahwa para imam, dengan mendengarkan pengakuan dosa, berdiri di tempat Kristus. Mereka bukanlah sebuah penghalang menuju Kristus, tetapi adalah jalan, sebuah saluran pendamaian-Nya, seperti yang St. Paulus katakan: “dalam nama Kristus kami meminta kepadamu, berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”

Sebagaimana para rasul telah diberikan kekuatan untuk mengampuni dosa, begitu pula para penerus mereka, para imam Katolik, telah diwariskan kekuatan tersebut turun-temurun sewaktu mereka ditahbiskan.

Inilah alasan bahwa Yesus memberikan para Rasul-Nya kekuatan untuk mengampuni dan menetapkan dosa-dosa di dalam Yohanes 20:23, segera setelah mengutus mereka di Yohanes 20:21 (seperti Bapa-Nya telah mengutus-Nya).
Terlebih lagi, di dalam Kisah Para Rasul, kita membaca bahwa orang-orang datang dan mengaku dosa-dosa dari perbuatan mereka.

Kisah Para Rasul 19:17-18- “Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus. Banyak di antara mereka yang telah menjadi percaya, datang dan mengaku di muka umum, bahwa mereka pernah turut melakukan perbuatan-perbuatan seperti itu.”
Semua hal ini menunjukkan tanpa keraguan bahwa Yesus telah menetapkan pengampunan dosa kepada para imam.

YESUS MEMBERIKAN PARA RASULNYA KEKUATAN UNTUK MENGIKAT DAN MELONGGARKAN DOSA-DOSA
Hal ini memastikan lebih jauh lagi bahwa Kitab Suci mengajarkan pengakuan dosa kepada imam, kita melihat bahwa para Rasul diberikan kekuatan untuk mengikat dan melonggarkan di Matius 18:18.

Matius 18:18- “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Hal ini memiliki penerapan kepada pengampunan dosa, dan bahwa Yesus menganugerahkan kuasa-Nya kepada uskup-uskup dan imam-imam yang sah di dalam Gereja-Nya yang Satu dan sejati.

Kuasa yang digunakan oleh para imam dan uskup harus digunakan di bahwa kuasa dari Kunci yang diberikan hanya kepada St. Petrus di Matius 16:18-19.

JIKA KITA MENGAKU DOSA KITA, MAKA IA SETIA DAN ADIL, SEHINGGA AKAN MENGAMPUNI SEGALA DOSA KITA
1 Yohanes 1:9- “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Perhatikan bahwa ayat tersebut berkata “jika” kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil hanya untuk mengampuni dosa-dosa kita. Ayat ini tidak berbicara bahwa Ia akan mengampuni dosa-dosa kita selama kita percaya.

YAKOBUS 5 MENGAJARKAN SAKRAMEN KATOLIK YAITU PENGURAPAN ORANG SAKIT
Di Yakobus 5, kita melihat sebuah rujukan untuk mengakui dosa-dosa, para imam, dan pengampunan dosa.

Yakobus 5:14-16- “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat [imam], supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”

Ayat ini adalah bukti klasik untuk sakramen Katolik yaitu Perminyakan. Sakramen Perminyakan adalah sakramen Katolik yang diterima pada waktu orang mati; ini adalah sebuah pengurapan oleh seorang imam dan sebuah ritual yang, bila diterima semestinya, menguatkan seseorang di waktu ajal dan mengampuni dosa-dosanya. Di dalam ayat Yakobus 5 ini, kita membaca bahwa anda harus “saling mengaku dosa.” Pedoman ini datang secara langsung setelah rujukan untuk memanggil penatua-penatua/imam-imam di dalam Gereja. Hal ini menunjukkan kepada kita, sekali lagi, perlunya mengaku dosa dan dibutuhkannya imam-imam, serta hubungan antara keduanya.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Perjanjian Baru mengajarkan bahwa pengakuan dosa kepada seorang imam diperlukan untuk pengampunan dosa berat yang dilakukan setelah pembaptisan. Itulah mengapa Gereja Katolik, satu-satunya Gereja sejati Kristus, telah mengajarkan hal tersebut selama hampir 2000 tahun.

BAPA-BAPA GEREJA PERDANA MENGAJARKAN PENGAKUAN DOSA
Bapa-bapa Gereja juga percaya akan pengakuan dosa dan mengajarkan bahwa hal ini diperlukan. Kesaksian mereka memastikan bahwa pengakuan dosa adalah ajaran benar dari Yesus Kristus dan Kitab Suci.

Di dalam hari-hari muda Gereja, pengakuan dosa dilakukan kadangkala secara umum kepada imam atau kepada uskup di depan orang lain di dalam kongregasi, dan kadangkala mereka dilakukan secara pribadi.

Salah satu bukti terbaik untuk pengakuan dosa dari bapa-bapa Gereja datang dari penulis Gereja Perdana, Origen, tertanggal kira-kira 245 Masehi.

Origen, Commentary on Luke 2 {Komentar tentang Lukas 2}, 245 Masehi- “... jika kita telah berdosa, kita harus mengumumkan: Saya telah mengakui dosa saya kepadamu, dan perbuatan salah saya tidak saya sembunyikan. Saya berkata bahwa saya akan mengakui perbuatan salah saya sendiri kepada Tuhan. Karena setelah kita melakukan hal ini, DAN JIKA KITA TELAH MENGUMUMKAN DOSA-DOSA KITA, BUKAN DIRI KITA SENDIRI KEPADA TUHAN, TETAPI KEPADA MEREKA YANG JUGA DAPAT MENYEMBUHKAN DOSA-DOSA DAN LUKA-LUKA KITA, DOSA-DOSA KITA AKAN DIHAPUSKAN OLEHNYA.” (Sunday Sermons of the Great Fathers {Khotbah Minggu Para Bapa Agung}, Regnery Co: Chicago, IL, 1963, Vol. 1, hal. 172)

Origen mengajarkan dengan jelas bahwa pengakuan diri sendiri kepada Tuhan tidaklah cukup; seseorang harus mengaku dosa kepada para imam.

Didache (Manuskrit ajaran-ajaran Kekristenan awal) 4:14, 14:1, 70 Masehi- “Akuilah dosa-dosamu di dalam gereja, dan jangan pergi berdoa dengan hati nurani yang jahat. Inilah cara untuk hidup... Pada Hari Tuhan berkumpulah bersama, membagi-bagi roti, dan mengucap syukur, setelah mengakui dosa-dosamu agar kurbanmu menjadi murni.”

The Letter of Barnabas {Surat Barnabas} 19, 74 Masehi- “Kamu harus mengakui dosa-dosamu. Kamu tidak boleh pergi berdoa dengan hati nurani yang jahat. Ini adalah jalan terang.”

St. Ignatius dari Antiokhia, Letter to Philadelphians (Surat kepada jemaat di Filadelfia) 8, 110 Masehi- “Kepada mereka yang bertobat, Tuhan memberikan pengampunan, jika mereka menyerah dalam penitensi (penyesalan) kepada kesatuan Allah dan persatuan para uskup.”

St. Ireneus, Against Heresies (Melawan Bidaah) 1:22, 185 Masehi- “Beberapa dari para wanita ini membuat pengakuan dosa secara umum, tetapi yang lain malu untuk melakukan hal ini, dan dalam kesunyian, seperti halnya mereka menjauhkan diri dari harapan hidup dari Allah, mereka menjadi murtad seluruhnya atau bimbang antara kedua hal tersebut.”

Tertulianus, Repentance (Pertobatan) 10:1, 203 Masehi- “[Tentang pengakuan dosa, beberapa orang] menghindari perbuatan ini karena hal tersebut membongkar kelakuan mereka, atau mereka menunda hal tersebut hari demi hari. Saya menduga bahwa mereka lebih memperhatikan kesederhanaan daripada keselamatan, bagaikan mereka yang mengidap sebuah penyakit di bagian tubuh yang memalukan dan menjadi malu untuk membuat dokter tahu akan hal tersebut, dan dengan demikian mereka mati bersama rasa malu mereka.

St. Siprianus dari Kartago, The Lapsed {Lapsi} 28, 251 Masehi- “Betapa mereka memiliki iman yang lebih besar, orang-orang yang... mengakui dosa mereka kepada imam-imam Allah dengan cara yang langsung dan di dalam duka, membuat pengumuman terbuka akan hati nurani mereka... Saya memohon kepada kalian, saudara-saudara, semua yang telah berdosa agar mereka mengakui dosanya agar sewaktu ia masih ada dalam dunia, sewaktu pengakuan dosanya masih bisa diterima, sewaktu kepuasan dan pengampunan dosa yang dibuat oleh para imam masih bisa menyenangkan Tuhan.”
{Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-Bapa Gereja Perdana}, Vol. 1:553}

St. Basilius Agung, Rules Briefly Treated {Pembahasan Singkat Aturan-Aturan} 288, 374 Masehi- “Kita perlu mengakui dosa-dosa kita kepada mereka yang dipercayakan misteri oleh Allah. Mereka yang melakukan penitensi yang dulu telah melakukannya sebelum para santo-santa. Ada tertulis di dalam Kitab Suci bahwa mereka telah mengakui dosa-dosa mereka kepada Yohanes Pembaptis [Mat 3:6], tetapi di dalam Kisah Para Rasul [19:18] mereka mengaku dosa kepada para Rasul.”

St. Yohanes Krisostomus, Imamat 3:5 {The Priesthood 3:5}, 387 Masehi- “Para imam telah menerima sebuah kekuatan yang Allah telah berikan, tidak kepada malaikat, tidak pun kepada para malaikat agung. Telah dikatakan kepada mereka: ‘Apapun yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.’... Para imam... dapat mengikat dengan ikatan akan jiwa itu sendiri yang menembus surga. Bukankah [Tuhan] telah memberikan mereka seluruh kekuatan surga? ‘ "Jikalau kamu mengampuni dosa orang’, kata-Nya, ‘dosanya diampuni’, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

St. Ambrosius dari Milan, Penance 1:1 {Penitensi 1:1}, 388 Masehi.- “Untuk mereka yang telah diberikan [kuasa untuk mengikat dan melepas]... Karena kuasa ini telah dianugerahkan hanya kepada para imam.”

St. Hieronimus, Commentary on Ecclesiastes 10:11 {Komentar tentang Pengkhotbah 10:11}, 388 Masehi – Jika sang ular, sang iblis, menggigit seseorang diam-diam, ia telah menginfeksikan orang tersebut dengan racun dosa. Dan jika orang yang telah digigit tetap diam dan tidak melakukan penitensi dan tidak mau mengakui lukanya... maka saudaranya dan tuannya, yang memiliki kata-kata [absolusi] yang akan menyembuhkannya, tidak akan dapat membantunya.

Semua ini membuktikan bahwa Kitab Suci mengajarkan untuk mengakui dosa kepada imam. Gereja Katolik telah setia kepada ajaran Kitab Suci ini karena Gereja Katolik adalah Gereja Kristus yang satu dan sejati.


Sumber:
Facebook Fides Catholica Network (FCN). Penulis blog sudah meminta ijin kepada pemosting konten Aaron Morgan Truly Pangalila di FCN untuk reposting konten ini.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url