Upacara Adat Notokng Kepahlawanan Dayak Kanayatn

Tengkorak upacara notokng Dayak

Upacara Adat Notokng (Dayak Kanayatn) merupakan sebuah cerminan dan bukti sejarah kepahlawanan suku Dayak Kanayatn yang sakral pada masa lampau. Dengan mendapatkan satu kepala saja sebagai totokng sudah menjadi syarat adat dan menjadi bukti keberanian seseorang. 

Adat Notokng sendiri berarti upacara adat memberi makan para roh/arwah yang menjadi korban kayau. Pemberian makan ini merupakan pemenuhan janji yang harus dipenuhi antara  Pengayau (si pemenggal kepala) dengan yang dikayau (korban). Dijelaskan pula gelar kepahlawanan juga bukan hanya diberikan kepada pengayau (si pemenggal kepala) saja, melainkan kerelaan korban kepalanya dikayau juga bukti kepahlawanan yang sangat bernilai tinggi ketika itu. Karena pada saat acara notokng ini, merupakan acara sekaligus membersihkan kampung dari serangan si jahat penyebab penderitaan dan penyakit.

Kapan pemberian makan ini usai dilakukan? sebenarnya pemenuhan janji ini sudah dilakukan sebelumnya yaitu ketika pengayau usai pulang dari pengayauan dan acara ritual Notokng dilakukan. Catatan bahwa pengayauan tidak dilakukan secara semaunya. Ada mekanisme dan situasi tertentu sehingga mau tak mau harus melakukan pengayauan. 

Suku Dayak sendiri memiliki adat yang melarang/tidak memperbolehkan siapapun membunuh. Ada adat yang dijatuhkan kepada seseorang yang membunuh yaitu Adat pati nyawa. Ketika adat ini tidak diindahkan maka tindakan pengayauan dilakuan. Selain itu ada maksud dan tujuan lainnya yaitu karena ada nilai dan makna relijius yaitu kepercayaan akan hal-hal yang magis dan supranatural.

Ketika si-pengayau yang sudah tiba dikampung upacara segera dilakukan, dengan memanggil orang sekampung. kulit kepada dan daging dipisahkan sehingga menjadi tengkorak yang nantinya diberi makan. Disela-sela pemberian makan itu dukun/pawang berteriak atau tariu teriakan perang membangkitkan semangat dan kemenangan dalam melawan musuh.

Upacara Adat Notokng  merupakan acara yang sangat besar dan meriah. Upacara ini dilakukan dan dihadiri masyarakat satu kampung sehingga material/bahan yang diperlukan tidak sedikit. Hewan berupa babi dan ayam dikurbankan karena akan memberi makan banyak orang yang hadir. Dalam prosesi acara ini setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu acara bernuansa sakral (mempersembahkan sesaji dan pembacaan doa/nyangahatn (Dayak Kanayatn) oleh dukun, kemudian acara selanjutnya dilakukan acara bebas/hiburan. Acara hiburan seperti bernyanyi dan menari diiringi musik gong, dau (gong kecil) dan gendang. Ada juga acara berbalas pantun.

Saat ini sungguhpun upacara Notokng ini merupakan khasanah budaya yang masih dilestarikan dan cukup banyak menarik perhatian, namun tidak sedikit biaya yang diperlukan dalam pelaksanannya. Upacara Notokng ini saat ini, dilakukan sebagai simbol pelestarian budaya yang menonjolkan aspek kesakralan dan heroismenya. Dibutuhkan kerjasama dalam berbagai elemen masyarakat dan pemerintah dalam pelestariannya. 


Gong dan tengkorak upacara notokng Dayak

Tidak ada tanda khusus yang dapat dilihat dengan nyata, apa yang menjadi bukti seseorang yang sudah melakukan pengayauan dan mendapatkan kepada musuh sebagai totokng-nya pada suku Dayak Kanayatn. Bagi suku Dayak Iban dan Ngaju seseorang yang sudah dengan sportif, berani dan mendapatkan kepala dalam pengayauan mendapatkan simbol berupa tattoo yang diukirkan pada tangan dan jari-jarinya.

Sejarah Notokng ini kiranya membuka pikiran kita akan betapa pentingnya membangkitkan semangat persatuan dan sepenanggungan suku Dayak kepada anak cucu kini dan mendatang, serta mengambil langkah kemajuan yang berarti. 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url