Belajar Toleransi dari Legenda Nek Takon

Nek Takon merupakan sebuah cerita yang tidak asing di telinga dan bibir orang Sukadana. Bila ingat orang Dayak di Sukadana pasti orang langsung mengaitkannya dengan kisah atau cerita Nek Takon yang melegenda. Nek Takon berasal dari Suku Dayak Simpang saat ini sebagian besar penduduknya berada di kecamatan Simpang Dua Kabupaten Ketapang.

Pada mulanya berdasarkan tutur kata cerita lisan bahwa Sukadana tempat nenek moyang Dayak Simpang berasal, pemukiman pertama tepatnya di Desa Tamak Rawakng (sekarang disebut Tambak Rawang). Pendudukan Suku Dayak Simpang ini terjadi jauh sebelum kisah kerajaan Sukadana yang pernah menduduki Sukadana sebelumnya. Tidak ada literatur tertulis yang menjelaskan bagaimana pertama kalinya suku Dayak Simpang sampai ke tempat yang bernama Sukadana ini. Wikpedia mencatat bahwa para ahli juga memperkirakan keturunan bangsa Ketapang berasal dari Indocina yang bermigrasi, pertama kali menginjakan kaki ke Pulau Karimata, kemudian persinggahan kedua di Sukadana.

Cikal bakal suku Dayak Simpang ini menetap selama berabad-abad di Tamak Rawakng dan pada akhirnya mereka berpindah dan menetap ke tanah simpang (hulu) oleh karena gangguan dari para bajak laut yang disebut "lanun" yang sering mengganggu kehidupan mereka. Barangkali seorang yang melegenda bernama Nek Takon ini selamat dari serangan lanun dan konon masih "bersembunyi" di daratan Sukadana dan pada akhirnya menjadi "orang kebenaran" (sebutan roh orang suci oleh masyarakat Sukadana) di alam.

Banyaknya tutur kata dan cerita mengenai keberadaan nek takon ini justru memberikan kesan kepada saya dan mungkin kebanyakan orang bahwa kisah ini memang nyata, namun juga menyimpan sejuta misteri. Tidak ada yang kenal pasti siapa Nek Takon dan yang pernah bertemu dengannya. Konon ceritanya, Nek Takon seorang yang baik hati yang selalu meminjamkan terutama piring dan mangkok ketika orang Sukadana dan sekitarnya akan melangsungkan upacara perkawinan. 

Nek Takon dikisahkan tinggal di sebuah gua, tidak semua orang yang tahu persis letaknya. Menurut pengakuan para keturunannya dari Dayak Simpang, mereka mengetahui persis gua tersebut dan tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya. Menurut penuturan orang keturunan yang pernah masuk ke dalamnya bahwa mulut guanya tidak besar, namun di dalam gua tersebut sangat luas sampai orang dewasa bisa berdiri di dalamnya dan ada air.

Dari luar gua, jaman dahulu orang-orang memohon dan meminta kepada Nek Takon untuk dipinjamkan piring mangkok sesuai keperluan pesta perkawinan yang akan dilangsungkan. Anehnya menurut cerita keeseokan harinya langsung bisa melihat piring dan mangkok yang tidak sedikit tersedia di depan gua tersebut untuk dibawa. Dibalik misterinya, ditangkap pula ceritanya bahwa Nek Takon juga pernah berpesan kepada siapa saja yang meminjam perabot piring dan mangkok tersebut untuk selalu dikembalikan meskipun dalam keadaan pecah.

Tidak diketahui secara persis kapan mulai Nek Takon meminjamkan piring dan mangkok secara gaib kepada masyarakat sekitar Sukadana tersebut, namun gua tersebut sudah tertutup selamanya dan piring mangkok tidak pernah terlihat apalagi dipinjamkan kembali. Ini cerita yang benar-benar aneh. Banyak cerita yang menyebutkan bahwa gua tertutup selamanya karena ada orang yang meminjam perabot ini tidak menepati janjinya untuk tetap mengembalikan kembali piring atau mangkok bila pecah, bahkan ada juga yang tidak dikembalikan kepada Nek Takon meskipun kondisinya tidak pecah.

Tidak diketahui pula apakah ada yang benar-benar bertemu dengan nek takon tersebut pada masa itu. Paling tidak ingin sekali mengetahui cerita yang sesungguhnya apakah nek takon ini hidup sebatang kara, mempunyai suami, cucu, dan sanak kerabat bersamanya di Sukadana sebelumnya. Namun terlepas dari semuanya itu banyak hal yang dapat kita pelajari dari sosok misteri ini. Bagaimanapun Nek Takon melambangkan solidaritas tanpa pandang bulu dari Suku Dayak Simpang sendiri kepada semua orang khususnya di Sukadana pada waktu itu. 

Nek Takon tentunya paham dengan kondisi Sukadana kala itu, sehingga mendapat tempat di hati seorang nenek misteri yang siap sedia membantu dari hal yang kecil sekedar meminjamkan piring mangkok kepada orang yang akan melangsungkan acara pesta perkawinan. Nek Takon tidak memandang adanya perbedaan dan dari mana seseorang berasal, namun melihat semangat kebersamaan dan persatuan.

Saya kira tidak berlebihan jika mengatakan bahwa Suku Dayak Simpang-lah yang mendamaikan dirinya ketika harus meninggalkan tempat asal-usul nenek moyangnya ke tanah Simpang sampai saat ini karena terdesak oleh pengganggu dahulu kala. Tidak ada kisah heroik yang dilakukan ketika mereka berhadapan dengan lanun, yang mereka inginkan hanya satu yaitu hidup aman, damai dan tentram.
Next Post Previous Post
1 Comments
  • Syahroni
    Syahroni 10 Des 2021, 16.09.00

    Terima kasih bang wil, atas informasinya, cerita rakayat memang mempunyai banyak versi. tergantung siapa penutur ceritanya.

Add Comment
comment url