Filosofi Tato Burung Enggang Dayak

Enggang Gading (Sumber: kompasiana.com

Sebelum kita lebih jauh mengenai mengapa Burung Enggang menjadi ikon tato suku Dayak yang sungguh penting dan bernilai, ada baiknya kita mengenal sedikit kehidupan seekor Burung Enggang unggas yang hampir punah dan dilindungi ini.

Burung Enggang merupakan burung endemik Kalimantan disebut juga Burung Rangkong (Inggris: Hornbill) merupakan sejenis burung bertanduk seperti sapi namun tidak melingkar. Dalam bahasa ilmiahnya "Buceros" yang berarti bentuk paruh seperti "tanduk sapi" begitu arti dalam bahasa Yunani-nya. Biasanya paruhnya memiliki warna terang. Makanan utamanya buah-buahan (biasanya buah ara), juga makan kadal, kelelawar, tikus, ular, dan berbagai jenis serangga.

Burung Enggang (Allo, Arue/ Ruai sebutan bagi orang Dayak) mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus dan unik. Burung ini hidup berpasang-pasangan dan cara bertelur burung betinanya punya daya tarik tersendiri. Burung jantan membuat sarang letaknya lebih tinggi pada pohon tempat bertelurnya burung betina dan melalui lubang kecil burung jantan memberikan makanan bagi induk burung dan berlanjut hingga anak-anak mereka tumbuh menjadi burung muda.

Berdasarkan pengalaman orang tua menuturkan Burung Enggang terbang tinggi melintasi awan dan hutan belantara, dan burung ini tergolong burung yang kuat dan tangguh tinggal di pohon yang tidak mudah dijangkau. Penglihatan dan penciumannya sangat tajam dan sensitif sehingga selalu waspada terhadap bahaya yang mengancam. 

Burung Enggang simbol Suku Dayak.
"Burung ini menyimbolkan suku Dayak layaknya burung Merpati menyimbolkan kesucian dan keabadian dalam Kristiani". Oleh karena itu Burung Enggang diambil sebagai ikon merupakan contoh bagi orang Dayak dalam meniti kehidupan untuk senantiasa mengasihi dan mencintai pasangan hidup dan mengasuh anak mereka sehingga menjadi orang Dayak yang dewasa dan berdikari. Namun, Burung Enggang ini sudah semakin langka akibat pengrusakan hutan Kalimantan yang merajalela baik yang disebabkan illegal logging (korporasi berijin dan gelap) maupun perkebunan kelapa sawit. Nasib Burung Enggang sama dengan nasib orang Dayak di Kalimantan yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. 

Sekarang Burung Enggang sudah sangat langka, dapat dipastikan anak cucu sebagian daerah di Kalimantan mungkin tidak pernah dan sulit melihat burung ini. Bagi mereka Enggang hanya merupakan simbol rekaman masa kejayaan suku Dayak pada jaman dahulu. Yang tersisa hanyalah sebuah gambar dan sebagian berupa paruh dan bulu yang disimpan rapi oleh masyarakat suku Dayak.


Tato burung enggang Dayak

Tattoo Motif Burung Enggang.
Terlepas dari ulasan di atas, bagi suku Dayak Kenyah maupun Iban tato motif burung enggang hanya dimiliki oleh kaum bangsawan atau terkemuka dalam masyarakat yang letaknya pada bahu seorang laki-laki. Burung enggang merupakan burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan menjadi raja dari segala burung dan melambangkan sosok yang gagah, berwibawa dan jaya. Calon yang mendapatkan Tato Burung Enggang ini setidaknya mengorbankan babi dalam proses ritual pembuatannya serta telah melakukan tindakan pengayauan. Tato Burung Enggang ini melambangkan Burung Enggang itu sendiri sebagai burung yang unik dan juga dikatakan burung kesayangan Tuhan atau Nek Jubata (Dayak Kanayatn).


Referensi:
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Rangkong
2. http://www.kalimantan-news.com/wisata.php?idw=3
3. http://arthakal.tumblr.com/page/3 
4. https://www.pinterest.com/pin/457396905878628760/ 
5. http://www.tagged.com/ibantattoo
6. https://books.google.co.id/tato/Hatib Abdul Kadir Olong
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url